Telp. (0274) 562628 Fax. (0274) 564945
English Bahasa Indonesia

Jenderal Sudirman Manusia Biasa


event 13 Maret 2018

Indonesia merupakan Negara dengan tingkat pluralisme yang tinggi. Dimana berbagai suku, bahasa, budaya, dan agama bercampur menjadi satu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.Masyarakatnya hidup rukun berdampingan dalam Bhineka Tunggal Ika, bahu-membahu mengisi kemerdekaan yang sudah diraih hampir 73 tahun lamanya. Tidak mudah untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, tidak mengenal suku dan agama, semua berjuang untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berdikari.

Dalam perjuangan merebut kemerdekaan tentunya tidak akan pernah lepas dari sosok Jenderal Besar Sudirman. Jenderal kelahiran Purbalingga, 24 Januari 1916 ini menjadi ujung tombak perjuang bangsa melawan penjajah pada medio 1945 – 1949. Pak dhe (nama samara Sudirman saat bergerilya) juga manusia biasa yang tak lepas dari sakit. Walaupun terlihat kuat dan tegar, pada saat bergerilya sejatinya beliau tengah mingidap penyakit TBC yang mengharuskan satu paru-paru beliau harus diangkat dan dirawat sejak tangal 28 Oktober 1948 – 28 November 1948, sehingga ketika dalam masa perang gerilya hanya satu paru-paru saja yang dapat berfungsi. Pemimpin tertinggi TKR ini dirwat di Rumah Sakit Panti Rapih (sebelum kemerdekaan bernama Zlekenhuis Onder de Bogen) dan dirawat oleh para suster di Ruang Maria no 8. Jenderal Sudirman merupakan sosok muslim yang ta’at beribadah, tidak pernah meninggalkan sholat walaupun dalam keadaan sakit, bahkan beliau selalu menggantungkan wudhunya dimanapun beliau berada.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang sosok Jenderal Sudirman, silahkan datang ke Museum Jenderal Besar Sudirman di Jl. Bintaran Wetan No. 3 Yogyakarta, gratis.

Ayo Jelajahi Museum!

klik untuk melihat map